27 Mei 2008

Penyebab atau Alasan Terjadinya Migrasi atau Perpindahan Penduduk Desa, Kota, Negara Dan Lain-Lain

Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Dalam mobilitas penduduk terdapat migrasi internasional yang merupakan perpindahan penduduk yang melewati batas suatu negara ke negara lain dan juga migrasi internal yang merupakan perpindaha penduduk yang berkutat pada sekitar wilayah satu negara saja.

Alasan yang menyebabkan manusia / orang pelakukan aktifitas migrasi :

1. Alasan Politik / Politis
Kondisi perpolitikan suatu daerah yang panas atau bergejolak akan membuat penduduk menjadi tidak betah atau kerasan tinggal di wilayah tersebut.

2. Alasan Sosial Kemasyarakatan
Adat-istiadat yang menjadi pedoman kebiasaan suatu daerah dapat menyebabkan seseorang harus bermigrasi ke tempat lain baik dengan paksaan maupun tidak. Seseorang yang dikucilkan dari suatu pemukiman akan dengan terpaksa melakukan kegiatan migrasi.

3. Alasan Agama atau Kepercayaan
Adanya tekanan atau paksaan dari suatu ajaran agama untuk berpindah tempat dapat menyebabkan seseorang melakukan migrasi.

4. Alasan Ekonomi
Biasanya orang miskin atau golongan bawah yang mencoba mencari peruntungan dengan melakukan migrasi ke kota. Atau bisa juga kebalikan di mana orang yang kaya pergi ke daerah untuk membangun atau berekspansi bisnis.

5. Alasan lain
Contohnya seperti alasan pendidikan, alasan tuntutan pekerjaan, alasan keluarga, alasan cinta, dan lain sebagainya.

18 Mei 2008

Gravitasi Bumi Semakin Lemah

Percaya atau tidak, tiap tahun tubuh kita dijamin lebih ringan sekitar 749 per sejuta gram dibandingkan dengan tahun sebelumnya (kecuali yang bertambah gemuk/kurus). Tahun 1665, Apel Newton perlu waktu satu detik untuk jatuh menyentuh tanah. Bila hal itu dilakukan sekarang, dipastikan butuh wakt lebih lama 20 per miliar detik. Seiring dengan berjalannya waktu jarak antra tempat kita dan kediaman teman kita yang berada di sisi balik bumi akan semakin jauh dengan pertambahan lebih kurang seperlima puluh inci (0,5 mm). Diduga kuat fenomena-fenomena perubahan yang berdimensi amat kecil setiap kasus itu saling berhubungan. Kisah keterkaitan berbagai aspek alam tersebut dimulai tahun 1930 ketika para astronom memeriksa kembali sejumlah pengamatan yang dilakukan beberapa abad yang lalu. Mereka sungguh terkejut ketika mengetahui bahwa waktu telah mengalami "pertumbuhan" konstan sehingga satu hari menjadi lebih lama. Dalam seabad panjang waktu dalam sehari bertambah sekitas seperlima detik.

Pendapat tersebut dikuatkan oleh para Palaentolog, peneliti kehidupan fosil. Menurut mereka, berdasarkan pola pertumbuhan koral sekitar 400 juta tahun lalu, satu tahun pada saat itu terdiri atas 400 hari, bukan 365 hari seperti sekarang. Kesimpulannya, saat ini bumi berputar pada porosnyadengan lebih cepat, sehingga satu hari menjadi lebih singkat.

Melihat fenomena ini, para ahli matematika mempertimbangkan adanya pengaruh faktor gravitasi bulan terhadap bumi sehingga memperlambat rotasi bumi. Sayangnya hasil kalkulasi mereka belum memuaskan. Untunglah ada fisikawan Inggris Paul Dirac, yang pada tahu n1938 menyimpulkan, semakin tua bumi semakin lemah pula kekuatan gravitasinya. Namun pengamatan Dirac tak terlalu diacuhkan orang sampai tahun bertambah sekitar seperlima detik.

Pendapat tersebut dikuatkan oleh para Palaentolog, peneliti kehidupan fosil. Menurut mereka, berdasrkan pola pertumbuhan koral sekitar 400 hari, bukan 365 hari seperti sekarang. Kesimpulannya, saat itu bumi berputar pada porosnya dengan lebih cepat, sehingga satu hari menjadi lebih singkat.

Ketika dilakukan kalkulasi yang sama terhadap seluruh alam semesta, ternyata tingkat kecepatan mengembangkannya bumi mendekati angka perkiraan berdasarkan pengamatan. Berdasarkan perhitungan terhadap sistem tata surya pada periode satu milyar tahun pertama, saat tersusunnya awal kehidupan, temperatur bumi mencapai 1000 C. Pada miliar tahun berikutnya, temperatur bumi menurun. Saat itu muncul ganggang hijau-biru yang dapat mentolerir temperatur 710 C, sedangkan pada milyaran tahun selanjutnya mulai lahir jamur dan jenis-jenis ganggang lain yang dapat bertahan pada temperatur 490 C terbentuklah binatang dan tanaman multi sel yang tumbuh dengan subur pada temperatur rendah.

14 Mei 2008

Apakah Pluto Benar-Benar Planet...?

Apakah pluto benar-benar sebuah planet? Ini bukanlah pertanyaan yang mengada-ada. Memang sejak berpuluh-puluh tahun, baik para astronom maupun masyarakat awam beranggapan bahwa Pluto adalah planet ke-9 dalam tata surya kita. Namun demikian, sejak tahun 1992 pandangan tersebut perlahan-lahan mulai berubah ketika para astronom menyadari bahwa selepas orbit Neptunus terdapat sebuah daerah orbit dimana didapati sekitar 70.000 objek kecil, beku berbalut es yang bergerak lambat mengorbit matahari.

Sekumpulan objek yang mengorbit pada daerah yang kemudian dinamai sebagai Sabuk Kuiper Belt itu kemudian diberi sebutan sebagai Kuiper Belt Object (juga dikenal sebagai Trans Neptunian Object), mengambil nama seorang astronom Belanda-Amerika, Gerard P Kuiper yang pada tahun 1951 mempelopori gagasan bahwa tata surya kita memiliki anggota yang letaknya sangat jauh.

Akan halnya Pluto, objek yang belakangan diketahui memiliki satelit alam yang dinamai Charon ini kemudian menjadi ajang perdebatan diantara para astronom. Diantara semua planet anggota tata surya, Pluto memang memilki beberapa ciri yang ganjil. Selain ukurannya yang tergolong "mini" dibandingkan planet-planet lainnya, garis edarnya yang sangat lonjong juga eksentrik, dimana dalam periode tertentu garis edar Pluto memotong orbit Neptunus menjadikan Neptunus sebagai planet terluar dari tata surya. Pluto juga diketahui memiliki massa yang sangat kecil, kurang lebih hanya 1/400 massa planet Bumi. Tidak heran, beberapa astronom lebih suka menggolongkan objek yang ditemukan oleh Clyde Tombaugh pada tahun 1930 berdasarkan posisi yang diperhitungkan oleh Percival Lowell ini sebagai Objek Kuiper Belt yang terbesar diantara objek-objek sejenisnya. Walaupun masih menyisakan ketidak puasan, "krisis identitas" ini akhirnya mereda ketika pada bulan Februari 1999, The International Astronomical Union (IAU) menetapkan bahwa Pluto tetap digolongkan sebagai sebuah planet.

Kembali kepada Objek Kuiper Belt, objek ini ternyata menyimpan banyak hal yang menarik perhatian para astronom untuk menelitinya. Pada Desember 2000, saat meneliti objek dengan nomor katalog 1998 WW31, astronom Christian Veillet dan dua koleganya menemukan bahwa objek yang ditemukan dua tahun sebelumnya ini memiliki pasangan yang saling mengedari (binary object). Hasil pengamatan menggunakan teleskop Canada-France-Hawaii yang berdiameter 3,6 meter di Hawaii ini telah dipublikasikan akhir April 2001 dalam IAU Circular 7610.

Sementara itu, sebuah objek Kuiper Belt yang dinamai Varuna yang ditemukan pada November 2000 kini diketahui memiliki ukuran yang cukup besar. Dibandingkan dengan diameter Pluto (2.200 km) dan Charon (1.200 km), Diameter Varuna yang sekitar 900 km itu cukup memperkecil "gap" dalam hal ukuran antara Pluto dengan objek-objek Kuiper Belt yang sudah ditemukan sebelumnya yang rata-rata berdiameter hanya sekitar 600 km.

Hal-hal menarik lain berkaitan dengan Kuiper Belt Object diharapkan makin tersingkap saat fasilitas teleskop infra merah yang direncanakan akan diluncurkan oleh pesawat ulang alik pada tahun 2002 mulai beroperasi. Instrumen ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih akurat mengenai ukuran objek-objek anggota tata surya yang letaknya terbilang jauh.

Menjelajah ke Planet Merah

Tanggal 7 April 2001, wahana antariksa 2001 Mars Odyssey diluncurkan dari Cape Canaveral, Florida dengan tujuan planet Mars. Wahana tak berawak yang namanya diambil dari judul film klasik "2001 Space Odyssey" ini membawa seperangkat instrumen ilmiah untuk meneliti permukaan planet tersebut, khususnya karakteristik cuaca dan geologi disana, sekaligus juga bertugas mengumpulkan informasi mengenai potensi bahaya radiasi yang mungkin dapat membahayakan manusia di permukaan planet merah itu. Misi ini merupakan bagian dari serangkaian misi yang dilakukan NASA dalam rangka mempersiapkan pengiriman misi berawak ke Mars.

Selain Bulan, Mars termasuk obyek yang paling banyak diteliti oleh wahana buatan manusia. Dalam 40 tahun belakangan, telah tercatat sekitar 30 wahana tak berawak yang dikirim ke Mars oleh tiga negara, namun hanya kurang dari sepertiganya yang dinyatakan berhasil. Yang paling sukses diantaranya adalah wahana Viking 1 (diluncurkan 20 Agustus 1975, tiba di orbit Mars 19 Juni 1976) dan Viking 2 (diluncurkan 9 September 1975, tiba di orbit Mars pada 7 Agustus 1976). Kedua misi Viking ini melepaskan wahana pendarat ke permukaan planet tersebut yang bertugas mengirimkan gambar-gambar dari lokasi pendaratan dan melakukan serangkaian percobaan ilmiah disana. Pada tahun 1996 NASA juga telah mengirimkan wahana Pathfinder. Wahana yang terdiri dari modul pendarat (lander) seberat 264 kg dan kendaraan penjelajah seberat 10,5 kg yang dinamai Sojourner Rover berhasil mencapai permukaan Mars di daerah yang dikenal sebagai Ares Vallis pada 4 Juli 1997. Hingga misinya berakhir pada tanggal 17 september 1997 -- setelah komunikasi terputus karena alasan yang tidak diketahui, wahana tersebut telah mengirimkan lebih dari 16.000 gambar serta melakukan lebih dari 15 analisis kimia terhadap batuan dan kondisi angin serta cuaca di permukaan Mars.

Sedangkan tercatat diantara misi-misi yang gagal adalah wahana Mars Polar Lander. Wahana senilai USD 165 juta yang diluncurkan pada 3 Januari 1999 ini kehilangan kontak dengan pengendali di bumi pada 3 Desember 1999 saat melakukan pendaratan di planet tersebut. Tim penyelidik NASA menyimpulkan bahwa Roket pada wahana tersebut mati sebelum waktunya hingga wahana tersebut meluncur dari ketinggian 130 kaki tanpa ada gaya yang menahannya.

mengenal Lebih Dekat Dengan Planet Mars

Mendekatnya planet Mars ke Bumi ternyata disambut penduduk dunia dengan suka cita. Warga Jakarta dan Bandung pun berduyun-duyun mengunjungi planetarium supaya bisa melihat lebih dekat si planet merah ini. Memang, mendekatnya Mars ke Bumi tidak setiap malam bisa terjadi. Kejadian ini hanya terjadi sekali dalam hampir 60 ribu tahun.

Tapi tentu saja jangan mengharapkan bisa melihat Mars seperti layaknya bulan purnama tanpa bantuan teleskop yang andal. Dengan mata telanjang, planet Mars hanya dapat terlihat seperti bintang-bintang lainnya. Sinarnya lebih terang dan berwarna semu oranye kemerahan.

Lalu apa yang menyebabkan Mars begitu mempesona? Salah satu faktornya adalah karena Mars merupakan planet yang memiliki kondisi paling mirip dengan Bumi. Dulu sempat beredar spekulasi adanya kehidupan di planet ini, begitu juga dengan kemungkinan bagi manusia untuk menempatinya. Sejumlah satelit yang bertugas mengamati Mars telah memberikan banyak masukan melalui foto-foto yang telah diambilnya. Diantaranya yang paling spektakuler adalah adanya air di planet ini, walaupun dalam jumlah yang sedikit.

Penemuan lain memperlihatkan adanya sejumlah kawah dan gunung dengan jumlah banyak, yang merupakan hasil kegiatan vulkanik. Planet yang namanya diambil dari nama dewa perang Romawi ini memang memiliki banyak gunung dengan tinggi antara 6000 dan 7000 meter. Selain gunung dan kawah, di Mars juga terdapat gurun, lembah dan bebatuan cadas.

Sebagian besar permukaannya nampak sebagai padang pasir merah dengan awan kuning di atasnya. Inilah yang membuat Mars dijuluki si planet merah karena tampak seperti bintang kemerahan apabila dilihat dari permukaan Bumi. Atmosfer di Mars terdiri dari karbon dioksida dan sedikit sekali uap air, nitrogen dan argon. Sedang planetnya bernama Fobos dan Deimos.

Seperti halnya Bumi, Mars juga memiliki dua kutub di utara dan selatan. Kedua kutub tersebut kemungkinan berupa air beku atau karbon dioksida beku. Kutub yang sedang menjauhi Matahari, areanya akan bertambah. Sebaliknya, pada kutub yang menghadap ke arah Matahari akan mengalami musim panas. Cahaya Matahari yang memanaskan tudung kutub akan menyebabkan es karbon membentuk awan di atmosfer Mars. Perubahan di kutub ini menyebabkan Mars mengalami perubahan iklim yang dapat memicu terjadinya badai pasir.

Karena kondisi fisik Mars yang amat mirip dengan Bumi, tidak aneh kalau kemudian timbul spekulasi di antara ilmuwan adanya kehidupan di planet merah ini. Sudah banyak satelit yang diluncurkan manusia untuk mengamati lebih dekat kondisi Mars. Jumlah film Hollywood yang memakai latar belakang planet Mars juga tidak sedikit, walaupun kebanyakan tidak masuk akal. Ini semua membuktikan kalau Mars memang penuh pesona, dengan ada atau tidak adanya kehidupan seperti manusia Bumi di dalamnya.

Fenomena mendekatnya planet Mars ke Bumi memang tidak membuat perubahan signifikan dalam penampakannya di langit apabila dipandang tanpa teleskop. Tapi setidaknya dapat menumbuhkan minat manusia untuk mengenal lebih dekat lagi dengan planet yang terdekat dengan Bumi dalam sistem tata surya ini.

Dirangkum dari berbagai sumber.

Ada Apa Dengan Gunung Berapi...?

Baru-baru ini kita dikejutkan dengan kekompakan beberapa gunung berapi di Indonesia untuk melakukan kegiatan vulkaniknya alias aktif kembali pada saat yang sama. Sebuah gunung berapi yang pertama kali meletus dapat menjadi semi padam, kemudian aktif dan meletus kembali sampai akhirnya mati.

Gunung berapi sendiri sebenarnya terbentuk jika magma dari perut Bumi naik ke permukaan. Isi dari gunung berapi terdiri dari lapisan lava yang berselang-seling dengan lapisan abu hasil letusan berturut-turut.

Magma adalah batuan cair yang terdapat jauh di dalam Bumi dengan suhu melebihi 1.000 derajat Celcius. Pada saat gunung meletus, magma ini meluap ke atas permukaan dalam bentuk lahar melalui lubang yang memanjang dari dalam Bumi.

Gunung yang meletus mengeluarkan abu, lava, gas panas dan uap. Suhu lava yang dimuntahkan selama letusan gunung berapi dapat melebihi 1.000 derajat Celcius. Terkadang lava yang terlempar keluar ini membeku di udara, lalu jatuh sebagai bungkah padat di sekitar lubang letusan gunung.

Tergantung dari jenis letusan dan sifat-sifat fisik magma yang disemburkan, gunung berapi dapat berbentuk kerucut, kubah, berpundak datar, atau seperti menara. Gunung berapi kerucut terbentuk dari lapisan lava dan lapisan abu yang keluar secara berturut-turut. Tapi apabila bagian tengah gunung berapi runtuh ke dalam, akan terbentuk kaldera. Kemudian terjadi letusan baru, dan terbentuklah kerucut lebih kecil di dalam kaldera tersebut.

Gunung berapi yang baru terbentuk biasanya gundul dan terkena erosi tanah yang hebat. Tapi karena material yang dikeluarkan dari perut Bumi itu mengandung banyak mineral, tanah yang semula tandus dapat menjadi subur dan banyak ditumbuhi pepohonan. Sebenarnya gunung berapi memberikan banyak manfaat kepada kita. Selain menjadikan tanah subur, gunung berapi juga menghasilkan tenaga uap untuk menghasilkan listrik serta aliran air panas. Bahkan pemandangan di sekitar kawah gunung berapi juga bisa mengundang jutaan pelancong untuk menikmati keindahannya.

Jadi sebenarnya tidak ada yang perlu dikuatirkan dari peristiwa gunung meletus. Kita bisa melakukan tindakan waspada atau mengungsi kalau memang terjadi peningkatan kegiatan gunung berapi. Itu pun kalau kita tinggal di lereng gunung atau daerah yang dilewati aliran lahar.

15 Agustus 2007

Tugas Geografi Kelas 8

Carilah artikel tentang perusakan dan pelestarian hutan dunia di Indonesia!
Tugas dicetak dan dikumpulkan awal bulan September pada ketua kelas masing-masing.
Bagi siswa-siswi yang akan mencetak di sekolah, harap membawa kertas sendiri.

Carilah di http://www.google.co.id/ atau http://www.wikipedia.org/